sejarah singkat PSHT ranting Panggungrejo

panggungrejo kecamatan yang terletak di bagian selatan dari kabupaten blitar. sebelah selatan panggungrejo berbatasan langsung dengan samudra hindia/ pantai laut selatan, bagian utara berbatasan dengan kecamatan lodoyo, bagian timur berbatasan dengan kecamatan binangun, bagian barat berbatasan dengan kecamatan wonotirto dan ngeni.ranting panggungrejo berdiri pada tahun 2004 dengan ketua ranting saudara tertua mas SUPRIANTO. termasuk muda untuk ukuran ranting tapi jangan pandang sebelah mata karena diranting panggungrejo sekarang sudah memiliki warga dengan jumlah hingga ratusan warga.perkembangannya sudah sangat pesat sekali.mulai tahun 2005 diketuai oleh saudara tua SUKANI AGUNG WIBOWO, sekertaris WIYONO pada tahun ini perkembangan PSHT disini sudah mencakup seluruh wilayah di kecamatan panggungrejo. Pada tahun-tahun berikutnya PSHT panggungrejo sudah sangat pesat sekali perkembangannya, PSHT panggungrejo mengutamakan persaudaraan diatas segala-galanya.susunan kepengurusan pun tidak didominasi oleh warga-warga tua tetapi selalu ada peremajaan di setiap tahunnya,sehingga yang muda pun tidak ketinggalan dalm memajukan perkembangan PSHT di kawasan panggungrejo.ANGGOTA PSHT ranting panggungrejo sampai saat ini mencapai sekitar 800an warga. SUSUNAN KEPENGURUSAN PSHT saat ini: KETUA : SUKANI AGUNG WIBOWO ( 2005- sekarang...) WAKIL KETUA : ANANG SUBAGYO (2006 - sekarang...) SEKERTARIS : ARIF FERDIANSYAH ( 2007- 2010) BOBY KURNIAWAN ( 2010- sekarang ) BENDAHARA : DIDIK ARIANTO ( 2008 - sekarang...) ARIF FERDIANSYAH ( 2010 - sekarang) Tim pelatih ranting panggungrejo KETUA : ARIF FERDIANSYAH ANGGOTA : Smua warga PSHT panggungrejo SEKSI PUBLISHED : BOBY KURNIAWAN YUNIANTO


Minggu, 06 Januari 2013

ELING & WASPADA !!!!!!!

Dua buah kata populer yang berisi pesan-pesan mendalam dan dianggap wingit atau sakral. Namun tidak setiap orang mengerti secara persis apa yang dimaksud kedua istilah tersebut. Sebagian yang lain hanya tahu sekedar tahu saja namun kurang memahami apa makna yang tepat dan tersirat di dalamnya. Perlulah kiranya ada sedikit uraian agar supaya mudah dipahami dan dihayati dalam kehidupan konkrit sehari-hari oleh siapaun juga. Terlebih lagi pada saat di mana alam sedang bergolak banyak bencana dan musibah seperti saat ini. Keselamatan umat manusia tergantung sejauh mana ia bisa benar-benar menghayati kedua pepeling (peringatan) tersebut dalam kehidupan sehari. Sikap eling ini meliputi pemahaman asal usul dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaan.

ELING DIMENSI KETUHANAN

  1. Eling atau ingat, maksudnya ingat asal usul kita  ada. Dari Tuhan dicipta melalui sang bapak dan sang ibu karena kehendak Tuhan (sangkaning dumadi). Pemahaman ini mengajak kita untuk menyadari bahwa tak ada cara untuk menafikkan penyebab adanya diri kita saat ini yakni sang Causa Prima atau Tuhan Maha Esa (God). Jadi orang harus tahu dan sadar diri untuk selalu manembah kepada Hyang Mahakuasa.

  2. Eling bahwa kita harus menjalani kehidupan di mercapadha ini sebagai syarat utama  yang menentukan kemuliaaan kita hidup di alam kelanggengan nanti, di mana menjadi tempat tujuan kita ada di bumi (paraning dumadi).  Manembah bukan hanya dalam batas sembah raga, namun lebih utama mempraktekan sikap manembah tersebut dalam pergaulan sehari-hari kehidupan bermasyarakat, meminjam istilah dari kitab samawiah sebagai habluminannas. Namun di sini menempuh habluminannas untuk menggapai habluminallah.

ELING DIMENSI KEMANUSIAAN

  1. Di samping manembah kepada Tuhan. Adalah keutamaan untuk eling sebagai manusia yang hidup bersama dan berdampingan sesama  makhluk Tuhan. Instrospeksi diri atau mawas diri sebagai modal utama dalam pergaulan yang menjunjung  tinggi perilaku utama (lakutama) yakni budi pekerti luhur,  atau mulat laku kautamaning bebrayan. Dengan melakukan perenungan diri, mengingat atau eling dari mana dan siapa kita punya (behave), kita menjadi, kita berhasil, kita sukses. Kita tidak boleh “ngilang-ilangke” atau menghilangkan jejak dan tidak menghargai jasa baik orang lain kepada kita. Sebaliknya, eling sangkan paraning dumadi, berarti kita  dituntut untuk bisa niteni kabecikaning liyan. Mengerti dan memahami kebaikan orang lain kepada kita. Bukan sebaliknya, selalu menghitung-hitung jasa baik kita kepada orang lain.  Jika kita ingat dari mana asal muasal kesuksesan kita saat ini, kita akan selalu termotifasi untuk membalas jasa baik orang lain pernah lakukan. Sebab, hutang budi merupakan hutang paling berat. Jika kita kesulitan membalas budi kepada orang yang sama, balasan itu bisa kita teruskan kepada orang-orang lain. Artinya kita melakukan kebaikan yang sama kepada orang lainnya secara estafet.

  2. Eling bermakna sebagai pedoman tapa ngrame, melakukan kebaikan tanpa  pamrih. Tidak hanya itu saja, kebaikan yang pernah kita lakukan seyogyanya dilupakan, dikubur dalam-dalam dari ingatan kita.  Dalam pepatah disebutkan,” kebaikan orang lain tulislah di atas batu, dan tulislah di atas tanah kebaikan yang pernah kamu lakukan”. Kebaikan orang lain kepada diri kita “ditulis di atas batu” agar tidak mudah terhapus dari ingatan. Sebaliknya kebaikan kita “ditulis di atas tanah” agar mudah terhapus dari ingatan kita.

  3. Eling siapa diri kita untuk tujuan jangan sampai bersikap sombong atau takabur. Selalu mawas diri atau mulat sarira adalah cara untuk mengenali kelemahan dan kekurangan diri pribadi dan menahan diri untuk tidak menyerang kelemahan orang lain. Sebaliknya selalu berbuat yang menentramkan suasana terhadap sesama manusia. Selagi menghadapi situasi yang tidak mengenakkan hati, dihadapi dengan mulat laku satrianing tanah Jawi ; tidak benci jika dicaci, tidak tidak gila jika dipuji, teguh hati, dan sabar walaupun kehilangan.

WASPADA

  1. Waspada akan hal-hal yang bisa menjadi penyebab diri kita menjadi hina dan celaka. Hina dan celakanya manusia bukan tanpa sebab. Semua itu sebagai akibat dari sebab yang pernah manusia lakukan sendiri sebelumnya. Hukum sebab akibat ini disebut pula hukum karma. Manusia tidak akan luput dari hukum karma, dan hukum karma cepat atau lambat pasti akan berlangsung. Sikap waspada dimaksudkan untuk menghindari segala perbuatan negatif destruktif yang mengakibatkan kita mendapatkan balasannya  menjadi hina, celaka dan menderita.  Misalnya perbuatan menghina, mencelakai,  merusak dan menganiaya terhadap sesama manusia, makhluk, maupun lingkungan alam.

  2. Waspada, atas ucapan, sikap dan perbuatan kita yang kasat mata yang bisa mencelakai sesama  manusia,  makhluk lain, dan lingkungan alam.

  3. Waspada terhadap apapun yang bisa menghambat kemuliaan hidup terutama mewaspadai diri sendiri dalam getaran-getaran halus. Meliputi solah (perilaku badan) dan bawa (perilaku batin). Getaran nafsu negatif yang kasar maupun yang lembut. Mewaspadai apakah yang kita rasakan dan inginkan merupakan osiking sukma (gejolak rahsa sejati yang suci) ataukah osiking raga (gejolak nafsu ragawi yang kotor dan negatif). Mewaspadai diri sendiri berati kita harus bertempur melawan kekuatan negatif dalam diri. Yang menebar aura buruk berupa nafsu untuk cari menangnya sendiri, butuhnya sendiri (egois), benernya sendiri. Dalam kehidupan bermasyarakat, kita harus mewaspadai diri pribadi dari nafsu mentang-mentang yang memiliki  kecenderungan eksploitasi dan penindasan : adigang, adigung, adiguna. Dan nafsu aji mumpung: ing ngarsa mumpung kuasa, ing madya nggawe rekasa, tutwuri nyilakani.

  4. Waspada dalam arti cermat membaca bahasa alam (nggayuh kawicaksananing Gusti).  Bahasa alam merupakan perlambang apa yang menjadi kehendak Tuhan. Bencana alam  bagaikan perangkap ikan. Hanya ikan-ikan yang selalu eling dan waspada yang akan selamat.

Esensi dari sikap eling dan waspada adalah berfikir, berucap, bersikap, bertindak, berbuat dalam interaksi dengan sesama manusia, seluruh makhluk, dan lingkungan alam dengan sikap keluhuran budi, arif dan bijaksana. Mendasari semua itu dengan “agama universal” yakni cinta kasih sayang berlimpah. Menjalani kehidupan ini dengan kaidah-kaidah kebaikan seperti tersebut di atas, diperlukan untuk  menghindari hukum karma (hukum sebab-akibat) yang buruk, dan sebaliknya mengoptimalkan “hukum karma”  yang baik. Hukum karma, misalnya seperti  terdapat dalam ungkapan peribahasa ; sing sapa nggawe bakal nganggo, siapa menanam akan mengetam, barang siapa menabur angin akan menuai badai. Dalam kondisi alam bergolak, hukum karma akan mudah terwujud dan menimpa siapapun. Kecuali orang-orang yang selalu eling dan waspada.  Karena kebaikan-kebaikan yang pernah anda lakukan kepada sesama, kepada semua makhluk, dan lingkungan alam sekitar, akan menjadi PAGAR GAIB yang sejati bagi diri anda sendiri.

 MEMAYU HAYUNING BAWANA
Hamemayu ata memayu itu kata kerja, artinya 'membuat ayu' atau mempercantik, memperindah. Hayuning itu kata keadaan, artinya keadaan yang ayu, cantik atau indah. Bawana artinya benua atau bumi. Jadi arti harafiah dari 'memayu hayuning bawana' adalah 'membuat ayu bumi yang (diciptakan)sudah dalam keadaan ayu'. Kata 'bumi' dalam hal ini mempunyai arti ganda, yaitu bumi dan isinya secara fisik atau ecosystem serta kehidupan di bumi. 'Memayu hayuning bawana' secara utuh merupakan falsafah, tujuan dan landasan hidup manusia di bumi (ya tentu di bumi, mau di mana lagi. Falsafah ini diperkenalkan oleh Pujangga Besar Ronggowarsito. Sebagai falsafah dan tujuan hidup, Memayu Hayuning Bawana (MHB)menganjurkan agar manusia hidup digunakan untuk terus menerus meningkatkan kuakitas hidup dan kualitas ecosystem bumi dan jagad raya. MHB terdiri dari tiga bagian, yaitu Memayu Hayuning Pribadi (MHP) dan Memayu Hayuning Bebrayan (MHBr). MHP adalah suatu proses untuk terus menerus meningkatkan kualitas diri kita sebagai manusia (human quality). Bebrayan artinya pergaulan, atau interaksi antar menusia. Jadi MHBr adalah suatu proses untuk terus menerus meningkatkan interaksi antar manusia. MHP dan MHBr pada dasarnya merupakan persyaratan yang diperlukan untuk mencapai tujuan hidup 'Memayu Hayuning Bawana'.Kalau kedua persyaratan ini dipenuhi, maka kehidupan manusia akan indah atau ayu. Bumi sebagai sumber kehidupan akan ayu (tidak rusak) oleh ulah manusia. Manusia hidup rukun, tidak ada perang, permusuhan atau saling benci. Tentu semua itu idealnya begitu karena harapan itu mencerminkan MHB sebagai falsafah hidup. Landasan dari Memayu Hayuning Pribadi adalah 'eling lan waspada'

Minggu, 23 Desember 2012

MAKNA DARI BARANG2 YANG HARUS DIBAWA SAAT PENGECERAN
 Air bening,kain mori,suruh temu rose,menyan madu,lilin,uang logam,ketengan dan ayam jago yg sehat. Prosesi dam persyaratan tersebut bkanlah ritual klenik atau magis namun merupakan simbolis / perlambang, misalkan:
1. Air bening melambangkan sifat air itu sendiri di harapkan manusia SH dpt menyesuaikan diri dimanapon berada.
2. Kain Mori simbol kesucian dan di pakai di pinggang mengisyaratkan bahwa manusia SH itu sdh melilitkan kesucian.
3. Daun Sirih Temu Rose mela,bangkan ua sisi yg berbeda bila di gigit rasanya sama.
4. Menyan Madu melambangkan darah dan rasa yg harum mengisyaratkan bhwa manusia SH itu hrs mrmbawa harum perilaku di limgkungan sekitarnya.
5.Lilin melambangkan cahaya pelita di harapkan manusia SH itu dpt menjadi setitik penerang kehidupan walaupun akan luluh karena sinarnya.
6 Ayam Jago bahwa manusia SH itu membawa sifat Jago di atas Jago dlm arti mampu mngendalikan diri sendiri dpt menerima cacian maupun pukulan.
7. Uang Logam atau ketengan dari nilai nominal terkecil sampai paling besar melambangan bhwa manusia itu sekecil kecilnya pasti membawa makna /berarti dlm kehidupan bermasyarakat.

Ajaran Mas Imam Koessoepangat

Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia diberi akal dan nafsu, sedang makhluk lain ada yang hanya diberi akal dana ada yang hanya diberi nafsu. Nafsu mutmainah adalah berbuat kebaikan (nafsunya Malaikat), nafsu supiyah adalah iri, dengki (nafsunya syaiton), nafsu aluamah adalah rakus (nafsunya binatang), dan amarah adalah pemarah (nafsu syaiton). Dan bersyukurlah manusia diberikan semua keempat nafsu. Namun harus hati-hati menggunakan keempat nafsu, karena keempat nafsu itu ada keburukan dan kebaikannya, harus sesuai dengan suasana dan tempat (empan lan papan). Dalam ilmu Jawa "papat kiblat limo pancer". Yang empat adalah nafsu dan pancer adalah diri kita. Jadi bagaimana kita bertindak dalam kehidupan sehari-hari, menuruti nafsu yang mana. Manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada Tuhan YME. Seperti yang terkutip dalam Al-Qur'an : manusia dan jin diciptakan hanya untuk beribadah kepadaku.




Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia diberi akal dan nafsu, sedang makhluk lain ada yang hanya diberi akal dana ada yang hanya diberi nafsu. Nafsu mutmainah adalah berbuat kebaikan (nafsunya Malaikat), nafsu supiyah adalah iri, dengki (nafsunya syaiton), nafsu aluamah adalah rakus (nafsunya binatang), dan amarah adalah pemarah (nafsu syaiton). Dan bersyukurlah manusia diberikan semua keempat nafsu. Namun harus hati-hati menggunakan keempat nafsu, karena keempat nafsu itu ada keburukan dan kebaikannya, harus sesuai dengan suasana dan tempat (empan lan papan). Dalam ilmu Jawa "papat kiblat limo pancer". Yang empat adalah nafsu dan pancer adalah diri kita. Jadi bagaimana kita bertindak dalam kehidupan sehari-hari, menuruti nafsu yang mana. Manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada Tuhan YME. Seperti yang terkutip dalam Al-Qur'an : manusia dan jin diciptakan hanya untuk beribadah kepadaku. Sebetulnya letak semua permasalahan didunia ada disini. Manusia dalam menjalankan segala aktifitas hidupnya harus punya niat untuk beribadah. Pertama kali semua perbuatan manusia yang dinilai adalah niatnya sesudah itu baru perbuatannya. Maka dari itu apabila kita hendak menjalankan aktifitas hidup hendaknya berniat untuk beribadah " Karena Allah (Lillahi ta'ala), aku akan menjalankan tugas hidup) Bismillahirohmannirohim". Apabila ini semua dapat dilaksanakan maka baru dapat dikatakan manusia berbudi luhur (dalam Islam disebut bertaqwa). Puncak segala macam ibadah dalam Islam adalah Taqwa. Manusia berbudi luhur adalah manusia yang berbakti kepada : 1. Tuhan Yang Maha Esa 2. Kedua orang tua 3. Guru Berbakti kepada Tuhan YME adalah menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangannya seperti yang tercantum dalam Al-Qur'anul Karim. Namun bagi orang Islam tidak hanya itu dan lebih baik pula untuk menjalankan sunnah Nabi Muhammad saw. Karena tuntunan hidup manusia Islam dlam penjabaran dilaksanakan oleh Nabi Muhammad saw. Beliau adalah ibarat Al-Qur'an berjalan. Berbakti kepada kedua orang tua adalah juga merupakan kewajiban kita, karena mereka berdualah kita ada dan keluar ke dunia ini. Betapa berat mereka (terutama ibu) mengandung kita selama + 9 bulan, serta membesarkan kita hingga dewasa. Betapa besar pengabdian mereka untuk membimbing kita, memberikan penghidupan kita, hingga kita dapat hidup mandiri tanpa bantuan mereka lagi. Pengabdian yang tak dapat diukur berapa jumlah dan panjangnya. Dan kita tak bisa membalas budinya hingga impas dengan apa yang mereka berikan kepada kita. (HR. Muslim " Surga itu ada ditelapak kaki ibu"). Memahami dari hadits tsb bahwasannya surga itu ada di telapak kaki ibu, betapa besar dan agung seorang ibu menurut Islam. Hendaklah kita bersujud/sungkem kpd ibu. Dan kewajiban pula sebagai seorang anak adalah mendoakan kedua orang tua baik waktu masih hidup maupun sudah meninggal. Terkutip dalam Qur'an "terputuslah amal perkara seseorang ketika ia mati kecuali tiga perkara : Sodakoh Jariyah, anak soleh yang mendoakan orangtuanya, ilmu yang bermanfaat. Berbakti kepada Guru adalah juga merupakan kewajiban kita karena kita telah bertahun-tahun dibimbing untuk menimba ilmu agar kita pandai, mengerti, memahami serta mengamalkan ilmu yang telah kita peroleh. "Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa". Menilik dari mutiara tsb sangatlah sesuai dengan apa yang telah diberikan guru untuk kita hingga kita menjadi orang yang bermanfaat bagi agama, nusa bangsa dan seluruh umat manusia. Guru bukanlah hanya di sekolah semata namun semua orang yang telah memberikan bimbingan ilmu kepada kita adalah guru. "Guru digugu lan ditiru" makna yang agung bagi sebutan seorang guru, karena ia contoh suri tauladan bagi para bimbingannya. Namun tidak terlepas dari unsur Islam manusia berbudi luhur adalah manusia yang Eling marang Pangeran Kang Maha Dumadi. Dan perbuatannya dapat dijadikan suri tauladan bagi sesamannya. Jati diri manusia, " manunggaling kawulo gusti" dalam istilah Jawa merupakan ilmu Jawa tingkat tinggi. Manusia yang sudah bisa merasakan adanya Tuhan dalam dirinya sendiri. Manusia seperti ini dalam segala tindak tanduknya selalu diilhami oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Apa yang dikerjakan sesuai dengan apa yang dirasakan. Manusia itu punya bentuk batin yang tidak kelihatan oleh orang lain namun kelihatan oleh dirinya sendiri. Namun begitu tidak semua orang bisa melihat bentuk batinnya ini, kalau tanpa melalui lelaku. Dengan lelaku inilah manusia baru bisa melihat bentuk batinnya sendiri. Laku ini berat untuk dijalani bagi orang awam. Namun orang yang bisa menjalaninya berarti orang ini dapat dikatan orang linuwih. Hal laku ini seperti yang pernah dijalani dalam cerita pewayangan yaitu Brataseno (Bimo) ketemu Dewa Ruci. Dewa Ruci adalah bentuk batinya Bimo sendiri maka dalam pewayangan Dewa Ruci digambarkan Bimo kecil (Semua bentuk tubuhnya mirip Bimo namun kecil). Betapa berat laku yang dijalani Bimo sehingga dia menemui bentuk batinnya sendiri, sehingga ia bisa "manunggaling kawulo gusti". Bisa merasakan adanya Tuhan dalam dirinya.Badan manusia, hartanya semua ini adalah titipan Tuhan semata yang harus dijaga agar tak diganggu oleh orang lain maupun makhluk lain. Manusia diberi kepercayaan untuk menjaganya, dan yang dipercaya juga harus memberikan tindakan nyata atas kepercayaan yang telah diberikan. Yakni menggunakan badan serta harta untuk tujuan kebaikan, jangan digunakan hanya untuk kesenangan dan kenikmatan semata, sebab titipan ini tidak untuk dibuat kesenangan dan kenikmatan akan tetapi digunakan untuk hal-hal yang mendatangkan barokah. Agar kelak dikemudian hari apabila titipan ini diambil kembali oleh yang punya, tidak akan disiksa, karena salah menggunakan titipan. "Manusia dapat dimatikan, manusia dapat dihancurkan tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu masih percaya pada dirinya sendiri." Manusia dapat dimatikan oleh orang lain kalau ia dibunuh, dapat pula dihancurkan missal ia dibakar atau digilas akan tetapi manusia tidak dapat dikalahkan kalau manusia itu masih percaya pada dirinya sendiri (batinnya sendiri). Batin inilah puncak segala kekuatan manusia karena batin manusia akan selamanya benar, belum pernah ada cerita kalau batin manusia itu bohong atau salah. Karena memang batin adalah hati kecil paling dalam yang tak akan pernah berbuat kesalahan, Hati kecil ini memang diciptakan oleh Allah agar manusia percaya pada dirinya sendiri sehingga akan terhindar dari bujukan dan rayuan syaiton. Manusia berbuat benar karena Allah, manusia berbuat salah karena nafsu kemungkaran hasil bujukan syaiton. Namun sesungguhnya kalau manusia mau percaya pada hati kecilnya sendiri tentunya tidak akan berbuat salah. Walaupun kita sudah mati dan berada di alam kubur kebenaran yang ada pada diri kita akan tetap hidup untuk selamanya, karena kebenaran adalah milik Allah swt. Dan apabila kita mati dalam kebenaran tentunya hati kita di alam barzah akan mendapat ketenangan dan kedamaian. Sesuai dengan janji Allah seperti terkutip dlm Qur'an " Orang yang berjuang di jalan Allah (kebenaran) akan mendapatkan sorga sebagai penggantinya" Dalam Islam jati diri manusia ya manusia itu sendiri bentuk lahir batinnya. Islam tidak mengajarkan manusia untuk menjalankan laku seperti dalam ilmu Jawa. Bagaimana manusia itu akan bertindak ya dia sendiri yang menentukan. Manusia hidup sudah ditakdirkan dalam "Lauful Makhfud" Manusia tidak tahu dan tidak bisa merubah takdir ini. Manusia hanya bisa merubah nasibnya, karena nasib manusia berada ditangan manusia itu sendiri. Manusia hidup hanya dicipta untuk beribadah semata, "seperti diatas". Islam is rasional. Nabi dalam sunahnya juga tidak pernah mengajarkan manusia untuk bertapa seperti dalam dongeng. Manusia hanya diwajibkan islah, hijrah (menyendiri, meninggalkan tempat) apabila dalam suatu kaumnya sudah rusak (tak bermoral) namun sudah diberi peringatan juga tidak mau berubah. Hanya kita disunahkan untuk banyak berdzikir dan beribadah. Dalam setiap kesempatan apapun rasanya kita bisa menjalankan kedua hal tersebut. Namun kadang kita lupa, karena semakin banyaknya kebutuhan hidup dan semakin rumitnya hidup ini. Jatidiri dalam Islam adalah manusia yang bertaqwa, karena kunci menjadi manusia Islam sejati adalah Taqwa. Manusia diahadapan Allah yang dinilai bukanlah harta, isteri, anak, namun hanya ketaqwaannya. Manusia yang sudah bisa menjalankan perintah serta menjauhi larangannya. Seperti Nabi atau alim ulama lainnya yang patut dijadikan contoh. Manusia yang seperti inilah yang sudah bisa menemukan jatidirinya. Nrimo ing pandum (menerima apa adanya sesuai dengan pemberian rizki dari Allah swt. Manusia yang tidak iri atau dengki melihat orang mendapat kesenangan dan kenikmatan. Apabila ia mendapat kenikamatan rizki ia bersyukur dan apabila ia mendapat kesusahan rizki iapun tetap bersyukur dan tidak mengeluh. Apa yang dihadapannya dan apa yang dikerjakannya adalah merupakan takdir semata. "Sepiro gedhening sengsara yen tinampa among dadi coba.

ksatria hati

Melihat lebih luas pada hamparan pemikiran yang realistis.Saya meyakini falsafah sesepuh SH :Sekeras-kerasnya  hati dan pribadi seseorang akan luluh juga jika di hadapi dengan kelembutan dan kasih sayang.
Tapi dimanakah falasafah ini sekarang berada ?di dalam hati sering datang danpergi,Nafsu ingin membunuhsering menghampiri…karena kenyataan dalam hidup ini.kalau tidakdiserang yang diserang,kalau menghindar itu butuhkesabaran,kalau tidakmenghindar pasti akan berlawanan……sebenarnyasikap seperti apa yang paling bijaksana sebagai seorang pesilat ketika menghadapi  setiap permasalahan?
Saya coba untuk menterjemahkannya dengan segenap kemampuan ,walau ini tidak cukup untuk melampiaskan rasa jengkel.

Tanpa mengurangi rasa hormat saya, terhadap para pendahulu ilmu beladiri,serta apa yangdiajarkan mereka, saya mencoba menulis apa yang saya bisa artikan sampai saat ini. Lagi pula, saya hanyalah manusia dalam perjalanan.
Pertama adalah saya sering kali mendengar banyak sekali ocehan gak jelas dariteman- teman saya, tentang gimana mereka bertahan kalau diserang. Dengan hormat terhadap kaum feminis, dan pemerhatikemanusiaan, perkelahian itu tidak mengenal belas kasihan, perkelahian itu bukan kompetisi dengansegala aturan.
Perkelahian adalah  dimana makluk mengeluarkan insting dasar mereka untuk bertahan hidup, tidak ada lg batas halal atau haram,mereka akan mengoptimalkan seluruh potensi dirinya, untuk selamat.Bukan semata baku hantam bogem mentah, atau saling mengunci satu sama lain.Bayangkan sebuah tusuk gigi pun bisa melukai atau membunuh orang bila ditancapkan di mata atau bagian tubuh yang lunak. Itulah perumpamaan gue, tentang tidak terbatasnya bentuk cara melawan. Melihat segala situasi dan kondisi dan memanfaatkannya 100% demi  kemenangan dan nyawa. Tidak ada benar atau salah, tidak ada curang atau jujur, tidak ada pengecut atau pemberani. Bahkan menjadi cukup berani untuk jadi seorang pengecut demi menyelamatkan pantat(nyawa) kitayangberharga.
Saya pernah mendengar bahwa manusia yang diberi talenta untuk berlidah tajam, akan menyerang dengan kata- kata pedasnya,  lalu mereka berharap bahwa orang lain akan takluk setelah  itu. Dengan hormat,kepada semua orang yang merasa bacotnyadapat menaklukkan orang cuma karena orang yang dibacotin tidak membalas,faktanya kata- kata hanyaakan melukai emosional. Apapun sumpah serapahyang diberikan, tidak akan merubah status apapun. Mereka yang berlidah tajam akan mudah ditaklukkan dan dibunuh, seperti rezim membungkam parademonstran.Karena pada dasarnya mereka membatasi instrumen bertahan dirinya, dan merasa orang yang bungkam tidak mampu mencelakakan mereka.Percayalah,saat tidak ada batasan hukum yang bisa melindungi kalian orang- orang berlidah tajam, maka kalian tak lebih dari krim yang dengan mudah dihancurkan. Jangan dorong orang ke titik itu.
Seorang dapat dengan mudah, dengan sombongnya menyuguhkan bentuk- bentuk indah dari beladiri, tp tanpa kejujuran, dan keefektifan, semua hanyalah omongkosong. Efektif dan jujur dalam bergerak, jangan berlebihan,janganterburu- buru, jangan aneh- aneh, selesaikan secepatnya, jangan membuatterlalu banyak bunga, ini bukan kontes keindahan. Bukan lg benar atau salah, tapi tepat atau tidak tepat. Lihat siapa musuhnya, dantaklukkandengan segala cara.
Mengapa beladiri itu bukan kompetisi? karenatidak ada kejujuran dalamkompetisi, pada satu titik beladiri harus mematikan lawan dengan caraapapun juga. Dengan kompetisi dan aturan,inti sari dari mengoptimalkan segala kemampuan menjadi hilang. Apakah mungkin untuk melakukan aksi menggigit bila sudah dalam posisi terkuncidalam kompetisi, atau menusuk mata dan hal lain yang sifatnya mematikan dalam sebuah iklim perlombaan ?
Orangyang hidup dalam jalanbeladiri mengerti bahwa mereka tidak boleh, tidakbisa dan tidak akanpernah membuka celah untuk serangan pada dirinya.Mereka secara rutin akan selalu memeriksa dirinya dan mencobameningkatkan kefektifandirinya. Mereka tidak akan memancing sebuahpermusuhan, karena mengertibahwa hal kecil akan bisa berkembang menjadibesar, sehingga berpeluanguntuk menjadi maut untuk dirinya. Merekatidak berteman, tidakberistri, tidak berhubungan dengan individu lainselain dirinya dantidak menciptakan keterikatan pada apapun, karenasadar bahwa setiapikatan dapat mencelakakan orang lain maupun dirinya.Sebagai contoh,mungkinkah seratus persen mengoptimalkan pertahanandiri, saat pikiranterpecah antara melindungi diri, atau melindungi yangdisayangi.
Hidup di jalan beladiri berarti 100% mengabdikan diri, segenap jiwa dan raga pada jalan ini. Seumur hidup mengasah diri

JURUS STERLAK

Tatag, Teteg, Tutug

Kadhang SH,anda sudah bisa memainkan Jurus Sterlak?anda sudah menguasainya?Eyang Suro juga telah memasukkan Jurus Sterlak ini dalam rangkaian Jurus SH.Memang rata rata para sesepuh SH memiliki jurus ini ,tapi bagaimana sekarang?apakah jurus ini pernah diberikan kepada generasi penerus nya?saya bisa memastikan ,jurus ini tidak pernah diberikan !kita harus berburu jurus ini sendiri saudara saudara!

inilah jurus yang dipakai pendekar jawa dalam menghadapi segala problematika hidup.
Tatag yaitu Kesiapan mental spiritual dalam menghadapi segala kemungkinan yang terjadi, karena hakekatnya masalah adalah “kekasih” manusia. Jelasnya, kesiapan mental spiritual ini harus kita miliki, tentunya apabila kita terjatuh tidak akan terjerembab yang mengakibatkan kefatalan, tetapi kita mampu bertumpu dengan kedua tangan kita.
Teteg yaitu Yakin, yakinlah bahwa Sang Maha Pencipta itu ada, yakinlah Sang Maha Pencipta tidak akan pernah mennggalkan diri kita, yakinlah segala usaha kita pasti akan bermanfaat dan anda bisa tambahkan beberapa keyakinan yang diperlukan.
Tutug Yaitu sampai pada tujuan dan harapan yang diingini tapi ada juga pengertian dalam menjalankan sesuatu harus selesai dengan kata lain fokus pada apa yang kita lakukan
Resapi dan tanamkan pada diri anda jurus ampuh ini, Insyaallah apapun masalah yang anda hadapi akan serasa mudah dan tentunya kreatifitas terus maju, terus berkarya, FRUSTASI tidak ada kamusnya bagi seorang yang menjadikan dirinya seorang pengusaha. MAJU MAJU MAJU PANTANG MUNDUR, Negeri ini menanti kehadiran orang orang yang mau dan mampu berkretifitas.
Selain jurus Sterlak ini ,masih banyak jurus jurus lama di SH,ada PSC,ada jurus kadhang,nah apakah anda tidak tergiur untuk memilikinya?saya yakin jika anda cinta SH,anda juga sayang Pencak SIlatnya,maka kejarlah saudaraku,..!masih banyak Mutiara tersembunyi dalam tubuh SH,nah dimanakah Sang Mutiara itu Bertahta ?

Jumat, 27 April 2012

RADEN MAS IMAM KOESUPANGAT

Salah satu dari sekian banyak orang hebat yang dimiliki oleh SHT, pada masa jayanya mas Imam pernah mengalahkan syeh wulan, salah satu pendekar dari ponorogo yg sangat disegani di arena tanding bebas di alun alun madiun... sejak itu murid SH mencapai ratusan untuk kali yang pertama terjadi pada era tahun 1960 an. mas imam meninggal diusia 49 tahun
mas imam wafat tidak sakit... pagi hari beliau sehabis olah raga, duduk di kursi dan bilang mau istirahat ahirnya meninggal... yang menarik adalah 3 hari sebelum beliau meninggal dunia, beliau sudah minta kepada p saripin (juru kunci) untuk membersihkan suatu tempat dimakam itu... esok harinya datang dan belum dibersihkan.. beliau marah dan minta kepada pak saripin untuk mebersihkan kembali.. kemudian p saripin tanya untuk siapa.. mas imam jawab untuk saya...

dan sebelum beliau meninggal juga minta untuk pengurus pusat dan tokoh SHT madiun dan sekitarnya untuk di kumpulkan.. dan belia berpesan.. bahwa pengabdian saya sudah sampai disini saja,. sekarang maju mundurnya SHT tergantung kalian semua... peserta tidak ada yang berani tanya...hanya bertanya dalam hati mas imam mau kemana...
tiga hari setelah itu beliau wafat...

pada saat pemakaman beliau kota madiun seperti lautan manusia berpakaian hitam hitam.... penuh sesak dengan orang orang SHT....

pada saat itu orang orang diluar SHT teramasuk SH winongo mengatakan bahwa ini adalah titik balik kejayaan SHT dan SHT akan surut dan mulai redup karena tokoh yang terkuat sudah meninggal dunia...

namun apa yang terjadi setelah beliau wafat perkembangan SHTjustru maskin dahsyat...

hal ini sesuai dengan semboyan SHT yang beliau canangkan di era tahun 1960 an... " selama matahari masih terbit dari timur dan selama bumi masih dihuni manusia, selama itu pula SHT jaya abadi selamanya"